Namanya Cindy, dia anak kedua dalam keluarganya. Pagi ini Cindy bergegas menyiapkan diri untuk berlibur ke Yogyakarta bersama kawan-kawannya. “Pak nanti jemput teman-temanku dulu ya?” ucap Cindy kepada sopirnya.
“Baik non” jawab sopirnya ramah.
Satu persatu teman sudah ia hampiri, dan sudah siap sedia di dalam mobil Cindy.“Emm, siapa lagi ya yang belum aku jemput?” ucap Cindy bertanya dengan suara agak keras.
“Raihan!!” seru salah seorang teman Cindy mengingatkan.
“Oh iya, hampir saja lupa” ucap Cindy sambil menepuk jidatnya.
“Pak, kita ke rumah Raihan dulu ya?” perintah Cindy lembut.
“Baik” ucap sopirnya kembali.
Setelah beberapa menit, akhirnya Cindy dan kawan-kawannya sampai di rumah Raihan.“Tin..tin” mobil Cindy membunyikan klakson. Tak lama kemudian, sesosok pria muncul dari balik pintu gerbang. “Hey Cin, sini dong! bantuin aku bawabarang-barang ini” ucap Raihan kepada Cindy.
“Iya iya, sabar” sungut Cindy. Akhirnya dengan hati yang sangat terpaksa, Cindy membantu Raihan untuk memasukan barang bawaannya ke dalam bagasi mobil. Setelah semuanya selesai, akhirnya Cindy dan kawan-kawan berangkat menuju Kota Pendidikan alias Kota Yogyakarta.
Di tengah perjalanan, semuanya sibuk dengan dirinya sendiri, tak lain dan tak beda dengan Raihan. Dia selalu bernyanyi riang di sepanjang jalan. Tapi beda halnya dengan Cindy, Cindy hanya memainkan handphonenya. Ketika semuanya telah merasa lelah, barulah suasana di dalam mobil hening seketika. Cindy dan kawan-kawan cukup lama tertidur. “Emm.. Pak, kita berhenti di pom bensin dulu ya? Cindy kebelet kencing” ucap Cindy tiba-tiba kepada Pak sopir.
“Baik non” jawab sopirnya.
Tak lama kemudian Pak sopir menghentikan mobilnya disebuah pom bensin.“Temen-temen, siapa yang mau kencing?” ucap Cindy setengah berteriak.
“Ehh.. aku ikut Cin” ucap salah seorang teman Cindy yang bernama Shania.
“Ayo kita turun” ajak Cindy pada Shania.
“Ayo” ucap Shania sedikit lesu.
Setelah beberapa menit kemudian, Cindy dan Shania kembali ke dalam mobil, dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Suasana di dalam mobil kembali ramai,dikarenakan Aan yang tidur sambil menggerung keras sekali. “An! ngoroknyajangan keras-keras dong” sungut Shania dengan kesal. Aan pun tidak mendengarkancibiran dari teman-temannya, dan tetap tidur dalam posisi yang masih sama.Karena merasa terganggu akhirnya semua orang yang berada di dalam mobil pun terbangun, terkecuali Aan yang masih tertidur dengan pulasnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, akhirnya Cindy dan kawan-kawan sampai di sebuah villa milik ayah Cindy. Semua langsung berlari dengan gembiranya. Cindy hanya tersenyum bahagia, melihat teman-temannya berlari kesana kemari. “Ehh temen-temen, bawa dulu barang-barang kalian” ucap Cindy seketika. “Oh iya”jawab mereka hampir bersamaan. Selanjutnya, Cindy dan kawan-kawannya mengangkut barang bawaan mereka masing-masing. Setelah semua barang masuk kedalam villa, mereka semua langsung memasuki kamar mereka masing-masing, dan langsung menata barang-barang mereka. Setelah semua selesai, mereka semua terlihat sangat lega. Seketika terlihat Cindy berdiri melamun di depan pintu villa. “Cin, ngapain disini?” tanya Raihan kepada Cindy.
“Yee, emang ga boleh apa? Masalah gitu buat kamu?” jawab Cindy sinis kepada Raihan.
“Cantik cantik kok galak” jawab Raihan dengan nada setengah kesal.
“Ah sudah-sudah, aku mau istirahat dulu ya?” ucap Cindy kepada Raihan.
“Ya udah sana, ngapain harus bilang ke aku” jawab Raihan masih kesal.
“Ihh, ganteng ganteng kok cuek, nanti gak ada yang suka loh” canda Cindy.
“Iya iya deh.. silahkan istirahat Cindy” ucap Raihan dengan sikap perhatiannya.
Akhirnya langkah demi langkah pun Cindy meninggalkan Raihan yang masih berada didepan pintu villa.
Setelah Cindy meninggalkan Raihan, Raihan pun memutuskan untuk melihat-lihat keadaan di sekitar villa. Dalam perjalanan, Raihan bertemu dengan seorang pria penduduk asli desa tersebut. “Kang, baru ya disini?” tanya seorang pria tersebut.
“Bukan, saya hanya berlibur saja disini” jawab Raihan ramah.
“Oh, dimana akang menginap?” tanya kembali pria tersebut.
“Saya menginap di villa ujung sana” jawab Raihan.
“Oh, itu villa yang saya urus kang” jelas pria tersebut.
“Oh” jawab Raihan singkat.
“Ngomong-ngomong, namanya akang ini siapa?” tanya pria itu.
“Nama saya Raihan, kalau nama kamu siapa?” tanya Raihan pula.
“Kalau saya namanya Iqbal Kang” jelas pria tersebut sambil mengulurkan tangannya.
Lalu Raihan pun menjabat tangan Iqbal.
“Mari Han, saya mau pergi menengok villa” ucap Iqbal.
“Eh Iqbal, saya sekalian ikut” ujar Raihan.
“Oh, ayo Han” jawab Iqbal mempersilahkan.
Akhirnya Raihan dan Iqbal berjalan beriringan menuju villa. Setelah sampai divilla Raihan dan Iqbal langsung masuk ke dalam villa. Di dalam mereka berduasaling menceritakan tentang pengalaman pribadi mereka masing-masing. Tak lama kemudian, Aan keluar dari dalam kamar. “Eh ada tamu ya? Han, kenapa gak kamu buatin minum?” tanya Aan sedikit menggentak.
“Oh iya, aku hampir lupa” jawab Raihan sambil menepuk jidatnya.
Akhirnya Raihan langsung berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju dapur, dan membuatkan minuman untuk Iqbal.
“Kamu, namanya siapa?” tanya Aan tiba-tiba.
“Eh, nama saya Iqbal. Kalau nama akang sendiri siapa?” tanya Iqbal kembali pada Aan.
“Oh, kalau saya Ahmad Arkan Priambodo, cukup dipanggil Aan saja” jelas Aan sambil tertawa kecil.
“Namanya panjang sekali, tapi panggilannya cukup singkat” ucap Iqbal tertawa geli.
“Ini minumannya, silahkan diminum dulu Bal” ucap Raihan yang baru datang.
“Iya, terimakasih kang Raihan” jawab Iqbal sopan.
“Kang, sebenarnya ini ada acara apa sih? Kok kalian berlibur kesini, juga nginapnya di villa majikan saya?” tanya Iqbal sedikit heran.
“Apa majikan kamu belum bicara ke kamu?” tanya Aan kembali.
“Belum Kang. Saya malah nggak tau kalau kalian mau berlibur dan menginap disini” jelas Iqbal pada mereka berdua.
“Oh, kami berlibur dan menginap disini bersama dengan anak dari pemilik villa ini, Cindy” jelas Raihan pada Iqbal.
“Cindy? Anaknya Pak Marno?” tanya Iqbal setengah kaget.
“Iya, kamu kenal dengan dia?” tanya Aan kembali.
“Iya, non Cindy itu teman saya sewaktu kecil” ucap Iqbal gembira.
Tak lama kemudian sesosok wanita keluar dari dalam kamar, yang sedang berjalan menuju teras depan villa. “Apakah dia yang bernama Cindy?” tanya Iqbal sambil menunjuk ke arah Cindy.
Cindy yang mendengar cukup jelas langsung menoleh ke sumber suara. “Iya, saya Cindy.Anda siapa ya?” ucap Cindy keheranan.
“Aku Iqbal Cin? Apakah kamu masih ingat denganku?” tanya Iqbal berharap Cindy masih mengingatnya.
“Iqbal?” ucapnya lirih sambil mengingat-ingat. “IQBAL! teman kecilku?” ucap Cindy tersenyum lebar.
“Iya Cin” jawab Iqbal membalas senyuman tersebut.
“Wahh, Iqbal udah besar? Lama kita nggak ketemu ya?” ucap Cindy.
“Hehehe.. kamu juga udah besar kok, cantik pula” ucap Iqbal memuji.
“Ah Iqbal, biasa saja kok” balas Cindy. “Ngga nyangka aku Bal, bisa ketemu kamu disini” ucap Cindy sambil menepuk pundak Iqbal.
“Iya, aku juga ga nyangka, tadi aku pas mau ke villa di jalan ketemu sama kang Raihan”jelas Iqbal pada Cindy.
“Eh Han, bener?” tanya Cindy pada Raihan.
“Iya bener” jawab Raihan singkat.
“Oh” balas Cindy dengan singkat juga.
“Cinddiii!” tiba-tiba terdengar suara orang berteriak memanggil nama Cindy.
“Iyaaa, bentar” jawab Cindy setengah berteriak. “Apaan sih San pakai teriak-teriak segala? Ada tamu tuh, malu tau” ucap Cindy memarahi Shania.
“Oh ada tamu ya?” ucap Shania masih setengah sadar.
“Iya, yuk kita ke depan” ajak Cindy pada Shania.
“Ayo” jawab Shania dengan lemas.
Lalu Cindy dan Shania pun berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Iqbal. “Nih Shan, temen kecilku. Kenalin namanya Iqbal” jelas Cindy pada Shania.
“Nah Bal, ini Shania temen sekolahku” jelas Cindy memperkenalkan Shania pada Iqbal.
Akhirnya mereka berdua saling berkenalan dan saling berjabat tangan.
Tiba-tiba tangan Cindy ditarik oleh Shania. “Cin, temen kamu ganteng banget”ucap Shania sambil menunjukkan gayanya yang berlebihan.
“Oh, dia memang gitu mukanya” jawab Cindy dengan nada sedikit tinggi.
Setelah itu, lalu Cindy kembali lagi ke hadapan Iqbal. “Bal, sekarang kamu sekolah dimana?” tanya Cindy.
“Aku sekolah di SMPN 5” ucap Iqbal menjawab pertanyaan Cindy.
“Oh, rumah kamu masih di ujung sana kan?” tanya Cindy sambil mengacungkan telunjuknya pada sebuah jalan.
“Iya” jawab Iqbal pendek.
“Bal bal, boleh minta nomer handphonenya ga?” ucap Shania yang tiba-tiba ikut bergabung.
“Em boleh” jawab Iqbal.
“Ihh Shania gak jelas banget deh” timpal Cindy.
“Ya biarin dong, suka-suka aku. Terlalu masalah gitu buat kamu?” ucap Shania sinis pada Cindy.
“Ga juga” jawab Cindy simple.
“Oh” jawab Shania.
“Nih nomernya” ucap Iqbal sambil menunjukkan nomer di handphonenya.
“Iya sebentar, aku catet dulu” ucap Shania sambil mengambil handphonenya.
“Ya udah deh, aku masuk dulu ya?” ucap Cindy.
“Iya Cin” jawab Iqbal dan Shania hampir bebarengan.
Setelah Cindy masuk ke dalam, di ruang tv dia bertemu dengan Raihan yang tengah menonton tayangan kesukaannya. “Hai Han” sapa Cindy dan langsung duduk disebelahnya.
“Hai” balas Raihan dengan senyum manisnya.
“Nonton kok yang kartun sih Han, ganti chanel dong” pintanya pada Raihan.
“Ihh, kartun yang ini itu beda tau ga” ucap Raihan dengan nada tinggi.
“Bedanya dibagian mana?” ucap Cindy dengan nada tinggi pula.
“Ya, pokoknya beda aja” jawab Raihan kebingungan.
“Ahh.. siniin remotenya” ucap Cindy sambil merebut remote tv dari tangan Raihan.
“Ihh apaan sih.. main rebut-rebut aja” ucap Raihan sambil merebut remotenya kembali.
“Ahh, filmnya ga asik kok Han masih diliat aja” sungut Cindy kesal.
“Kamu itu gatau maknanya, jadinya bilang ga asik” ucap Raihan menjelaskan.
“Ya ya.. terserah deh” ucap Cindy menurut. Karena merasa kesal, akhirnya Cindy berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
“Cin, mau kemana?” tanya Raihan tiba-tiba.
“Mau ke kamar” jawab Cindy dengan nada lesu.
“Masih marah?” tanya Raihan dengan nada menyesal.
“Engga kok” ucap Cindy sambil menyembunyikan rasa kemarahannya.
“Gimana kalau kita jalan-jalan aja yuk?” ajak Raihan pada Cindy.
“Emm gimana ya? Yaudah deh, tapi aku ambil jaket dulu ya?” jawab Cindy menyetujuinya.
“Oke deh” jawab Raihan sambil mengedipkan sebelah matanya.
Setelah beberapa menit Raihan menunggu, akhirnya Cindy pun keluar dari dalam kamarnya. “Udah siap?” tanya Raihan.
“Udah, ayo berangkat” ucap Cindy
“Ayo” jawab Raihan.
Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan, menuju ke depan, di ruang tamu, Raihan dan Cindy bertemu dengan Shania dan Iqbal yang masih mengobrol dengan asyiknya.“Cin, mau kemana?” tanya Shania.
“Mau jalan-jalan, kamu tunggu villa ya?” ucap Cindy.
“Oke deh Cin” balas Shania. Akhirnya Cindy dan Raihan berjalan kembali.
“Cin, aku laper. Nanti sekalian makan ya?” ucap Raihan sambil tersenyum.
“Yee, Raihan sukanya makan terus, nanti gendut lho” ledek Cindy pada Raihan.
“Ehh, gendut itu sehat” ucap Raihan mengelak.
“Ya udah deh, terserah kamu” ucap Cindy sambil berlari kecil.
“Eh Cin, jangan tinggalin aku” balas Raihan sambil mengejar Cindy.
Setelah merasa lelah mereka berdua singgah di depan warung gudeg. “Han, makan disini aja ya?” pinta Cindy pada Raihan.
“Gudeg itu apa Cin?” tanya Raihan penasaran.
“Ihh, masa ga tau gudeg sih! katro banget deh kamu” jawab Cindy sambil memukul pelan bahu Raihan.
“Seriusan ini Cin, aku ga tau gudeg” ucap Raihan mulai kesal.
“Ya udah deh, kita masuk dulu. Nanti kamu tau kok” balas Cindy. Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam warung gudeg tersebut.
“Bu, pesen gudegnya 2 ya” ucap Cindy pada penjual gudeg tersebut.
“Oh iya mbak” jawab penjual gudeg tersebut dengan logat jawanya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya gudeg khas Jogja pun telah berada diatas meja mereka. “Nah Han, ini yang namanya gudeg” jelas Cindy pada Raihan.
“Oh ini toh yang namanya gudeg” jawab Raihan sambil menganggukan kepalanya.
“Habis ini kita kemana Cin?” tanya Raihan pada Cindy.
“Terserah” jawab Cindy singkat.
“Ke villa aja ya? Aku udah capek” ucap Raihan.
“Boleh” jawab Cindy.
“Bu, ini semua berapa?” tanya Cindy sopan.
“Ini semua Rp15.000 nak” jawab penjual tersebut.
“Oh, ini Bu” ucap Cindy sambil memberikan uang tersebut.
Setelah semuanya selesai, mereka berniat untuk kembali ke villa. Di tengah perjalanan, Cindy merasa kepalanya sedikit pusing. “Han, aku pusing” ucap Cindy mengeluh.
“Ahh cuma pusing kan, biasa” ucap Raihan.
Cindy menghentikan langkahnya, dan memegang kepalanya.
“Cin, kamu kenapa” tanya Raihan panik.
Cindy pun tak mengeluarkan sepatah kata pun, dan tiba-tiba ia jatuh pingsan.
“Cin, Cindy, bangun Cin” ucap Raihan menambah kepanikannya. Lalu orang-orang sekitar yang melihatnya langsung membantu Raihan untuk membawanya ke villa.
Setelah sampai di villa, Cindy pun dibawa masuk ke dalam kamarnya, dan dibaringkan di atas kasur. “Han, Cindy kenapa?” tanya Aan ikut panik juga.
“Aku juga gak tau An, tadi kan habis jalan-jalan, terus dia ngerasa pusing, danakhirnya jatuh pingsan” jelas Raihan pada Aan.
“Duh gimana ini?” ucap Aan panik.
Tak lama kemudian Cindy pun sadar dari pingsannya. “Raihann” ucap Cindy lirih.
“Iya Cin” jawab Raihan.
“Aku dimana?” tanya Cindy kembali.
“Kamu udah ada di villa kok” ucap Raihan tersenyum.
“Tadi aku kenapa Han?” tanya Cindy kembali.
“Ah sudah, istirahat dulu ya” ucap Raihan menenangkan.
“Ini Cin, diminum dulu” ucap Aan yang membawakan segelas air Cinih.
“Iya, terimakasih An” ucap Cindy.
“Iya, sama-sama Cin” balas Aan tersenyum. Cindy pun langsung meminum air yang diberikan Aan.
“Kamu tidur dulu ya Cin” ucap Raihan memberi saran.
“Iya Han” jawab Cindy mengiyakan.
Setelah cukup lama Cindy terlelap dalam tidurnya, akhirnya Cindy pun terbangun.“Udah bangun Cin?” tanya Aan yang baru lewat depan kamar Cindy.
“Udah An, Raihan mana?” ucap Cindy.
“Raihan? Tuh lagi nonton TV” balas Aan sambil menunjuk ke arah Raihan.
Cindy yang sudah melihatnya langsung menghampiri Raihan, dan pergi dari hadapan Aan. Cindy langsung duduk di sebelah Raihan, dan langsung ikut menonton TV.
“Ehh Cin, udah bangun?” ucap Raihan sedikit kaget.
“Udah” jawab Cindy singkat.
“Mau makan gak Cin?” tanya Raihan.
“Engga ah, lagi gak enak banget mulutku” balas Cindy sambil mengeluh.
Selanjutnya Raihan pun tidak menjawab lagi.
“Han” ucap Cindy sambil memandang Raihan.
“Ya ada apa?” balas Raihan langsung mengalihkan perhatiannya kepada Cindy.
“Aku tadi kenapa sih?” tanya Cindy penasaran.
“Emm, eh Cin liat tuh filmnya bagus ya?” balas Raihan mengalihkan perhatian.
“Yah Han, aku seriusan ini” ucap Cindy menunjukkan wajah kesalnya.
“Kamu engga kenapa-kenapa kok, Cuma pingsan aja” jelas Raihan memberikan senyuman.
“Oh, jelasin gitu aja kok susah sih” balas Cindy sambil menepuk pundak Raihan.
Setelah itu, Cindy meninggalkan Raihan dan pergi ke luar, untuk mencari udara segar. “Cindy!” panggil seseorang dari belakang.
“Iya” balas Cindy sambil menoleh ke sumber suara.
“Mau kemana?” tanyanya kembali.
“Mau ke kebun teh Han” jawab Cindy.
“Aku ikut” ucap Raihan kembali.
“Ayo” balas Cindy.
Setelah itu, mereka berdua berjalan menuju kebun teh di ujung desa. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya mereka berdua sampai dikebun teh. “Emm, udaranya sejuk banget” ucap Raihan sambil mengambil nafas. “Iya”balas Cindy singkat. Disana mereka berdua bermain dengan riang gembira. Setelah merasa lelah mereka pun istirahat di bawah pohon besar yang sangat rindang. “Cin”ucap Raihan tiba-tiba.
“Iya?” balas Cindy singkat.
“Janji ya?” ucap Raihan menatap Cindy dalam-dalam.
“Janji apaan sih Han? Aku gak maksud deh kamu ngomong apa?” balas Cindy penasaran.
“Janji, untuk jadi sahabat sejati ku selamanya” ucap Raihan sambil tersenyum.
“Em? Pasti dong, kita kan udah berteman dari kecil, jadi gak mungkin bagiku buat ngelupain kamu, kamu itu sahabat terbaikku Han” ucap Cindy sambil tersenyum terharu.
Tiba-tiba Raihan mengangkat jari kelingkingnya, dan Cindy pun langsung mengerlingkan jarinya tepat pada jari kelingking Raihan. Perasaan terharu dan senang pun bercampur menjadi satu.
“Udah deh Han, malah jadi pengen nangis nih, kamu udah aku anggap sebagai kakakku kok” ucap Cindy sambil menepuk pundak Raihan.
“Makasih ya Cin, udah mau jadi sahabat ku, aku juga udah anggap kamu sebagaiadikku sendiri” kata Raihan masih dalam keadaan terharu.
“Iya iya, sama-sama” balasnya sambil tersenyum manis.
Karena waktu sore pun telah tiba, maka akhirnya mereka berdua pun kembali ke villa
“Baik non” jawab sopirnya ramah.
Satu persatu teman sudah ia hampiri, dan sudah siap sedia di dalam mobil Cindy.“Emm, siapa lagi ya yang belum aku jemput?” ucap Cindy bertanya dengan suara agak keras.
“Raihan!!” seru salah seorang teman Cindy mengingatkan.
“Oh iya, hampir saja lupa” ucap Cindy sambil menepuk jidatnya.
“Pak, kita ke rumah Raihan dulu ya?” perintah Cindy lembut.
“Baik” ucap sopirnya kembali.
Setelah beberapa menit, akhirnya Cindy dan kawan-kawannya sampai di rumah Raihan.“Tin..tin” mobil Cindy membunyikan klakson. Tak lama kemudian, sesosok pria muncul dari balik pintu gerbang. “Hey Cin, sini dong! bantuin aku bawabarang-barang ini” ucap Raihan kepada Cindy.
“Iya iya, sabar” sungut Cindy. Akhirnya dengan hati yang sangat terpaksa, Cindy membantu Raihan untuk memasukan barang bawaannya ke dalam bagasi mobil. Setelah semuanya selesai, akhirnya Cindy dan kawan-kawan berangkat menuju Kota Pendidikan alias Kota Yogyakarta.
Di tengah perjalanan, semuanya sibuk dengan dirinya sendiri, tak lain dan tak beda dengan Raihan. Dia selalu bernyanyi riang di sepanjang jalan. Tapi beda halnya dengan Cindy, Cindy hanya memainkan handphonenya. Ketika semuanya telah merasa lelah, barulah suasana di dalam mobil hening seketika. Cindy dan kawan-kawan cukup lama tertidur. “Emm.. Pak, kita berhenti di pom bensin dulu ya? Cindy kebelet kencing” ucap Cindy tiba-tiba kepada Pak sopir.
“Baik non” jawab sopirnya.
Tak lama kemudian Pak sopir menghentikan mobilnya disebuah pom bensin.“Temen-temen, siapa yang mau kencing?” ucap Cindy setengah berteriak.
“Ehh.. aku ikut Cin” ucap salah seorang teman Cindy yang bernama Shania.
“Ayo kita turun” ajak Cindy pada Shania.
“Ayo” ucap Shania sedikit lesu.
Setelah beberapa menit kemudian, Cindy dan Shania kembali ke dalam mobil, dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Suasana di dalam mobil kembali ramai,dikarenakan Aan yang tidur sambil menggerung keras sekali. “An! ngoroknyajangan keras-keras dong” sungut Shania dengan kesal. Aan pun tidak mendengarkancibiran dari teman-temannya, dan tetap tidur dalam posisi yang masih sama.Karena merasa terganggu akhirnya semua orang yang berada di dalam mobil pun terbangun, terkecuali Aan yang masih tertidur dengan pulasnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, akhirnya Cindy dan kawan-kawan sampai di sebuah villa milik ayah Cindy. Semua langsung berlari dengan gembiranya. Cindy hanya tersenyum bahagia, melihat teman-temannya berlari kesana kemari. “Ehh temen-temen, bawa dulu barang-barang kalian” ucap Cindy seketika. “Oh iya”jawab mereka hampir bersamaan. Selanjutnya, Cindy dan kawan-kawannya mengangkut barang bawaan mereka masing-masing. Setelah semua barang masuk kedalam villa, mereka semua langsung memasuki kamar mereka masing-masing, dan langsung menata barang-barang mereka. Setelah semua selesai, mereka semua terlihat sangat lega. Seketika terlihat Cindy berdiri melamun di depan pintu villa. “Cin, ngapain disini?” tanya Raihan kepada Cindy.
“Yee, emang ga boleh apa? Masalah gitu buat kamu?” jawab Cindy sinis kepada Raihan.
“Cantik cantik kok galak” jawab Raihan dengan nada setengah kesal.
“Ah sudah-sudah, aku mau istirahat dulu ya?” ucap Cindy kepada Raihan.
“Ya udah sana, ngapain harus bilang ke aku” jawab Raihan masih kesal.
“Ihh, ganteng ganteng kok cuek, nanti gak ada yang suka loh” canda Cindy.
“Iya iya deh.. silahkan istirahat Cindy” ucap Raihan dengan sikap perhatiannya.
Akhirnya langkah demi langkah pun Cindy meninggalkan Raihan yang masih berada didepan pintu villa.
Setelah Cindy meninggalkan Raihan, Raihan pun memutuskan untuk melihat-lihat keadaan di sekitar villa. Dalam perjalanan, Raihan bertemu dengan seorang pria penduduk asli desa tersebut. “Kang, baru ya disini?” tanya seorang pria tersebut.
“Bukan, saya hanya berlibur saja disini” jawab Raihan ramah.
“Oh, dimana akang menginap?” tanya kembali pria tersebut.
“Saya menginap di villa ujung sana” jawab Raihan.
“Oh, itu villa yang saya urus kang” jelas pria tersebut.
“Oh” jawab Raihan singkat.
“Ngomong-ngomong, namanya akang ini siapa?” tanya pria itu.
“Nama saya Raihan, kalau nama kamu siapa?” tanya Raihan pula.
“Kalau saya namanya Iqbal Kang” jelas pria tersebut sambil mengulurkan tangannya.
Lalu Raihan pun menjabat tangan Iqbal.
“Mari Han, saya mau pergi menengok villa” ucap Iqbal.
“Eh Iqbal, saya sekalian ikut” ujar Raihan.
“Oh, ayo Han” jawab Iqbal mempersilahkan.
Akhirnya Raihan dan Iqbal berjalan beriringan menuju villa. Setelah sampai divilla Raihan dan Iqbal langsung masuk ke dalam villa. Di dalam mereka berduasaling menceritakan tentang pengalaman pribadi mereka masing-masing. Tak lama kemudian, Aan keluar dari dalam kamar. “Eh ada tamu ya? Han, kenapa gak kamu buatin minum?” tanya Aan sedikit menggentak.
“Oh iya, aku hampir lupa” jawab Raihan sambil menepuk jidatnya.
Akhirnya Raihan langsung berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju dapur, dan membuatkan minuman untuk Iqbal.
“Kamu, namanya siapa?” tanya Aan tiba-tiba.
“Eh, nama saya Iqbal. Kalau nama akang sendiri siapa?” tanya Iqbal kembali pada Aan.
“Oh, kalau saya Ahmad Arkan Priambodo, cukup dipanggil Aan saja” jelas Aan sambil tertawa kecil.
“Namanya panjang sekali, tapi panggilannya cukup singkat” ucap Iqbal tertawa geli.
“Ini minumannya, silahkan diminum dulu Bal” ucap Raihan yang baru datang.
“Iya, terimakasih kang Raihan” jawab Iqbal sopan.
“Kang, sebenarnya ini ada acara apa sih? Kok kalian berlibur kesini, juga nginapnya di villa majikan saya?” tanya Iqbal sedikit heran.
“Apa majikan kamu belum bicara ke kamu?” tanya Aan kembali.
“Belum Kang. Saya malah nggak tau kalau kalian mau berlibur dan menginap disini” jelas Iqbal pada mereka berdua.
“Oh, kami berlibur dan menginap disini bersama dengan anak dari pemilik villa ini, Cindy” jelas Raihan pada Iqbal.
“Cindy? Anaknya Pak Marno?” tanya Iqbal setengah kaget.
“Iya, kamu kenal dengan dia?” tanya Aan kembali.
“Iya, non Cindy itu teman saya sewaktu kecil” ucap Iqbal gembira.
Tak lama kemudian sesosok wanita keluar dari dalam kamar, yang sedang berjalan menuju teras depan villa. “Apakah dia yang bernama Cindy?” tanya Iqbal sambil menunjuk ke arah Cindy.
Cindy yang mendengar cukup jelas langsung menoleh ke sumber suara. “Iya, saya Cindy.Anda siapa ya?” ucap Cindy keheranan.
“Aku Iqbal Cin? Apakah kamu masih ingat denganku?” tanya Iqbal berharap Cindy masih mengingatnya.
“Iqbal?” ucapnya lirih sambil mengingat-ingat. “IQBAL! teman kecilku?” ucap Cindy tersenyum lebar.
“Iya Cin” jawab Iqbal membalas senyuman tersebut.
“Wahh, Iqbal udah besar? Lama kita nggak ketemu ya?” ucap Cindy.
“Hehehe.. kamu juga udah besar kok, cantik pula” ucap Iqbal memuji.
“Ah Iqbal, biasa saja kok” balas Cindy. “Ngga nyangka aku Bal, bisa ketemu kamu disini” ucap Cindy sambil menepuk pundak Iqbal.
“Iya, aku juga ga nyangka, tadi aku pas mau ke villa di jalan ketemu sama kang Raihan”jelas Iqbal pada Cindy.
“Eh Han, bener?” tanya Cindy pada Raihan.
“Iya bener” jawab Raihan singkat.
“Oh” balas Cindy dengan singkat juga.
“Cinddiii!” tiba-tiba terdengar suara orang berteriak memanggil nama Cindy.
“Iyaaa, bentar” jawab Cindy setengah berteriak. “Apaan sih San pakai teriak-teriak segala? Ada tamu tuh, malu tau” ucap Cindy memarahi Shania.
“Oh ada tamu ya?” ucap Shania masih setengah sadar.
“Iya, yuk kita ke depan” ajak Cindy pada Shania.
“Ayo” jawab Shania dengan lemas.
Lalu Cindy dan Shania pun berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Iqbal. “Nih Shan, temen kecilku. Kenalin namanya Iqbal” jelas Cindy pada Shania.
“Nah Bal, ini Shania temen sekolahku” jelas Cindy memperkenalkan Shania pada Iqbal.
Akhirnya mereka berdua saling berkenalan dan saling berjabat tangan.
Tiba-tiba tangan Cindy ditarik oleh Shania. “Cin, temen kamu ganteng banget”ucap Shania sambil menunjukkan gayanya yang berlebihan.
“Oh, dia memang gitu mukanya” jawab Cindy dengan nada sedikit tinggi.
Setelah itu, lalu Cindy kembali lagi ke hadapan Iqbal. “Bal, sekarang kamu sekolah dimana?” tanya Cindy.
“Aku sekolah di SMPN 5” ucap Iqbal menjawab pertanyaan Cindy.
“Oh, rumah kamu masih di ujung sana kan?” tanya Cindy sambil mengacungkan telunjuknya pada sebuah jalan.
“Iya” jawab Iqbal pendek.
“Bal bal, boleh minta nomer handphonenya ga?” ucap Shania yang tiba-tiba ikut bergabung.
“Em boleh” jawab Iqbal.
“Ihh Shania gak jelas banget deh” timpal Cindy.
“Ya biarin dong, suka-suka aku. Terlalu masalah gitu buat kamu?” ucap Shania sinis pada Cindy.
“Ga juga” jawab Cindy simple.
“Oh” jawab Shania.
“Nih nomernya” ucap Iqbal sambil menunjukkan nomer di handphonenya.
“Iya sebentar, aku catet dulu” ucap Shania sambil mengambil handphonenya.
“Ya udah deh, aku masuk dulu ya?” ucap Cindy.
“Iya Cin” jawab Iqbal dan Shania hampir bebarengan.
Setelah Cindy masuk ke dalam, di ruang tv dia bertemu dengan Raihan yang tengah menonton tayangan kesukaannya. “Hai Han” sapa Cindy dan langsung duduk disebelahnya.
“Hai” balas Raihan dengan senyum manisnya.
“Nonton kok yang kartun sih Han, ganti chanel dong” pintanya pada Raihan.
“Ihh, kartun yang ini itu beda tau ga” ucap Raihan dengan nada tinggi.
“Bedanya dibagian mana?” ucap Cindy dengan nada tinggi pula.
“Ya, pokoknya beda aja” jawab Raihan kebingungan.
“Ahh.. siniin remotenya” ucap Cindy sambil merebut remote tv dari tangan Raihan.
“Ihh apaan sih.. main rebut-rebut aja” ucap Raihan sambil merebut remotenya kembali.
“Ahh, filmnya ga asik kok Han masih diliat aja” sungut Cindy kesal.
“Kamu itu gatau maknanya, jadinya bilang ga asik” ucap Raihan menjelaskan.
“Ya ya.. terserah deh” ucap Cindy menurut. Karena merasa kesal, akhirnya Cindy berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
“Cin, mau kemana?” tanya Raihan tiba-tiba.
“Mau ke kamar” jawab Cindy dengan nada lesu.
“Masih marah?” tanya Raihan dengan nada menyesal.
“Engga kok” ucap Cindy sambil menyembunyikan rasa kemarahannya.
“Gimana kalau kita jalan-jalan aja yuk?” ajak Raihan pada Cindy.
“Emm gimana ya? Yaudah deh, tapi aku ambil jaket dulu ya?” jawab Cindy menyetujuinya.
“Oke deh” jawab Raihan sambil mengedipkan sebelah matanya.
Setelah beberapa menit Raihan menunggu, akhirnya Cindy pun keluar dari dalam kamarnya. “Udah siap?” tanya Raihan.
“Udah, ayo berangkat” ucap Cindy
“Ayo” jawab Raihan.
Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan, menuju ke depan, di ruang tamu, Raihan dan Cindy bertemu dengan Shania dan Iqbal yang masih mengobrol dengan asyiknya.“Cin, mau kemana?” tanya Shania.
“Mau jalan-jalan, kamu tunggu villa ya?” ucap Cindy.
“Oke deh Cin” balas Shania. Akhirnya Cindy dan Raihan berjalan kembali.
“Cin, aku laper. Nanti sekalian makan ya?” ucap Raihan sambil tersenyum.
“Yee, Raihan sukanya makan terus, nanti gendut lho” ledek Cindy pada Raihan.
“Ehh, gendut itu sehat” ucap Raihan mengelak.
“Ya udah deh, terserah kamu” ucap Cindy sambil berlari kecil.
“Eh Cin, jangan tinggalin aku” balas Raihan sambil mengejar Cindy.
Setelah merasa lelah mereka berdua singgah di depan warung gudeg. “Han, makan disini aja ya?” pinta Cindy pada Raihan.
“Gudeg itu apa Cin?” tanya Raihan penasaran.
“Ihh, masa ga tau gudeg sih! katro banget deh kamu” jawab Cindy sambil memukul pelan bahu Raihan.
“Seriusan ini Cin, aku ga tau gudeg” ucap Raihan mulai kesal.
“Ya udah deh, kita masuk dulu. Nanti kamu tau kok” balas Cindy. Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam warung gudeg tersebut.
“Bu, pesen gudegnya 2 ya” ucap Cindy pada penjual gudeg tersebut.
“Oh iya mbak” jawab penjual gudeg tersebut dengan logat jawanya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya gudeg khas Jogja pun telah berada diatas meja mereka. “Nah Han, ini yang namanya gudeg” jelas Cindy pada Raihan.
“Oh ini toh yang namanya gudeg” jawab Raihan sambil menganggukan kepalanya.
“Habis ini kita kemana Cin?” tanya Raihan pada Cindy.
“Terserah” jawab Cindy singkat.
“Ke villa aja ya? Aku udah capek” ucap Raihan.
“Boleh” jawab Cindy.
“Bu, ini semua berapa?” tanya Cindy sopan.
“Ini semua Rp15.000 nak” jawab penjual tersebut.
“Oh, ini Bu” ucap Cindy sambil memberikan uang tersebut.
Setelah semuanya selesai, mereka berniat untuk kembali ke villa. Di tengah perjalanan, Cindy merasa kepalanya sedikit pusing. “Han, aku pusing” ucap Cindy mengeluh.
“Ahh cuma pusing kan, biasa” ucap Raihan.
Cindy menghentikan langkahnya, dan memegang kepalanya.
“Cin, kamu kenapa” tanya Raihan panik.
Cindy pun tak mengeluarkan sepatah kata pun, dan tiba-tiba ia jatuh pingsan.
“Cin, Cindy, bangun Cin” ucap Raihan menambah kepanikannya. Lalu orang-orang sekitar yang melihatnya langsung membantu Raihan untuk membawanya ke villa.
Setelah sampai di villa, Cindy pun dibawa masuk ke dalam kamarnya, dan dibaringkan di atas kasur. “Han, Cindy kenapa?” tanya Aan ikut panik juga.
“Aku juga gak tau An, tadi kan habis jalan-jalan, terus dia ngerasa pusing, danakhirnya jatuh pingsan” jelas Raihan pada Aan.
“Duh gimana ini?” ucap Aan panik.
Tak lama kemudian Cindy pun sadar dari pingsannya. “Raihann” ucap Cindy lirih.
“Iya Cin” jawab Raihan.
“Aku dimana?” tanya Cindy kembali.
“Kamu udah ada di villa kok” ucap Raihan tersenyum.
“Tadi aku kenapa Han?” tanya Cindy kembali.
“Ah sudah, istirahat dulu ya” ucap Raihan menenangkan.
“Ini Cin, diminum dulu” ucap Aan yang membawakan segelas air Cinih.
“Iya, terimakasih An” ucap Cindy.
“Iya, sama-sama Cin” balas Aan tersenyum. Cindy pun langsung meminum air yang diberikan Aan.
“Kamu tidur dulu ya Cin” ucap Raihan memberi saran.
“Iya Han” jawab Cindy mengiyakan.
Setelah cukup lama Cindy terlelap dalam tidurnya, akhirnya Cindy pun terbangun.“Udah bangun Cin?” tanya Aan yang baru lewat depan kamar Cindy.
“Udah An, Raihan mana?” ucap Cindy.
“Raihan? Tuh lagi nonton TV” balas Aan sambil menunjuk ke arah Raihan.
Cindy yang sudah melihatnya langsung menghampiri Raihan, dan pergi dari hadapan Aan. Cindy langsung duduk di sebelah Raihan, dan langsung ikut menonton TV.
“Ehh Cin, udah bangun?” ucap Raihan sedikit kaget.
“Udah” jawab Cindy singkat.
“Mau makan gak Cin?” tanya Raihan.
“Engga ah, lagi gak enak banget mulutku” balas Cindy sambil mengeluh.
Selanjutnya Raihan pun tidak menjawab lagi.
“Han” ucap Cindy sambil memandang Raihan.
“Ya ada apa?” balas Raihan langsung mengalihkan perhatiannya kepada Cindy.
“Aku tadi kenapa sih?” tanya Cindy penasaran.
“Emm, eh Cin liat tuh filmnya bagus ya?” balas Raihan mengalihkan perhatian.
“Yah Han, aku seriusan ini” ucap Cindy menunjukkan wajah kesalnya.
“Kamu engga kenapa-kenapa kok, Cuma pingsan aja” jelas Raihan memberikan senyuman.
“Oh, jelasin gitu aja kok susah sih” balas Cindy sambil menepuk pundak Raihan.
Setelah itu, Cindy meninggalkan Raihan dan pergi ke luar, untuk mencari udara segar. “Cindy!” panggil seseorang dari belakang.
“Iya” balas Cindy sambil menoleh ke sumber suara.
“Mau kemana?” tanyanya kembali.
“Mau ke kebun teh Han” jawab Cindy.
“Aku ikut” ucap Raihan kembali.
“Ayo” balas Cindy.
Setelah itu, mereka berdua berjalan menuju kebun teh di ujung desa. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya mereka berdua sampai dikebun teh. “Emm, udaranya sejuk banget” ucap Raihan sambil mengambil nafas. “Iya”balas Cindy singkat. Disana mereka berdua bermain dengan riang gembira. Setelah merasa lelah mereka pun istirahat di bawah pohon besar yang sangat rindang. “Cin”ucap Raihan tiba-tiba.
“Iya?” balas Cindy singkat.
“Janji ya?” ucap Raihan menatap Cindy dalam-dalam.
“Janji apaan sih Han? Aku gak maksud deh kamu ngomong apa?” balas Cindy penasaran.
“Janji, untuk jadi sahabat sejati ku selamanya” ucap Raihan sambil tersenyum.
“Em? Pasti dong, kita kan udah berteman dari kecil, jadi gak mungkin bagiku buat ngelupain kamu, kamu itu sahabat terbaikku Han” ucap Cindy sambil tersenyum terharu.
Tiba-tiba Raihan mengangkat jari kelingkingnya, dan Cindy pun langsung mengerlingkan jarinya tepat pada jari kelingking Raihan. Perasaan terharu dan senang pun bercampur menjadi satu.
“Udah deh Han, malah jadi pengen nangis nih, kamu udah aku anggap sebagai kakakku kok” ucap Cindy sambil menepuk pundak Raihan.
“Makasih ya Cin, udah mau jadi sahabat ku, aku juga udah anggap kamu sebagaiadikku sendiri” kata Raihan masih dalam keadaan terharu.
“Iya iya, sama-sama” balasnya sambil tersenyum manis.
Karena waktu sore pun telah tiba, maka akhirnya mereka berdua pun kembali ke villa
By : @M_Raihan48
0 komentar:
Posting Komentar